Rabu, 25 Maret 2009

Profesi Keguruan

Profesi Keguruan

Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pekerjaan Profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ciri-ciri profesi, yaitu adanya:

  1. standar unjuk kerja;

  2. lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab;

  3. organisasi profesi;

  4. etika dan kode etik profesi;

  5. sistem imbalan;

  6. pengakuan masyarakat.

Profesi Keguruan

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).

Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal dan sosial.


Ciri-ciri Profesi Keguruan

Ciri-ciri jabatan guru adalah sebagai berikut.

  1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

  2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

  3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).

  4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.

  5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

  6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.

  7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

  8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.


Latar Belakang Profesi Keguruan

Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya organisasi profesi guru di Indonesia, kemudian berkembang pula organisasi guru sejenis (MGMP).


Ruang Lingkup Profesi Keguruan

Ruang lingkup layanan guru dalam melaksanakan profesinya, yaitu terdiri atas (1) layanan administrasi pendidikan; (2) layanan instruksional; dan (3) layanan bantuan, yang ketiganya berupaya untuk meningkatkan perkembangan siswa secara optimal.

Ruang lingkup profesi guru dapat pula dibagi ke dalam dua gugus yaitu gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar profesional dan gugus kemampuan profesional.

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang mendukung terhadap pelaksanaan tugas guru.
Beberapa kompetensi kepribadian guru antara lain sebagai berikut.

  1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

  2. Percaya kepada diri sendiri.

  3. Tenggang rasa dan toleran.

  4. Bersikap terbuka dan demokratis.

  5. Sabar dalam menjalani profesi keguruannya.

  6. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya.

  7. Memahami tujuan pendidikan.

  8. Mampu menjalin hubungan insani.

  9. Memahami kelebihan dan kekurangan diri.

  10. Kreatif dan inovatif dalam berkarya.


Kompetensi Sosial Guru

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat guru tinggal.

Beberapa kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru, antara lain berikut ini.

  1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua Peserta didik.

  2. Bersikap simpatik.

  3. Dapat bekerja sama dengan BP3.

  4. Pandai bergaul dengan Kawan sekerja dan Mitra Pendidikan.

  5. Memahami Dunia sekitarnya (Lingkungan).


Komponen-komponen Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

Beberapa komponen kompetensi profesional guru adalah berikut ini.

  1. Penguasaan Bahan Pelajaran Beserta konsep-konsep.

  2. Pengelolaan program belajar-mengajar.

  3. Pengelolaan kelas.

  4. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar.

  5. Penguasaan landasan-landasan kependidikan.

  6. Kemampuan menilai prestasi belajar-mengajar.

  7. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah.

  8. Menguasai metode berpikir.

  9. Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi profesional.

  10. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik.

  11. Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan.

  12. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.

  13. Mampu memahami karakteristik peserta didik.

  14. Mampu menyelenggarakan Administrasi Sekolah.

  15. Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan.

  16. Berani mengambil keputusan.

  17. Memahami kurikulum dan perkembangannya.

  18. Mampu bekerja berencana dan terprogram.

  19. Mampu menggunakan waktu secara tepat.


Hubungan antara Penguasaan Materi dan Kemampuan Mengajar

Penguasaan Materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk memiliki kemampuan mengajar. Penguasaan materi seorang guru dilakukan dengan cara membaca buku-bulu pelajaran. Kemampuan penguasaan materi mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan mengajar guru, semakin dalam penguasaan seorang guru dalam materi/bahan ajar maka dalam mengajar akan lebih berhasil jika ditopang oleh kemampuannya dalam menggunakan metode mengajar.

Penguasaan bahan ajar dapat diawali dengan mengetahui isi materi dan cara melakukan pendekatan terhadap materi ajar.

Guru yang menguasai bahan ajar akan lebih yakin di dalam mengajarkan materi, senantiasa kreatif dan inovatif dalam metode penyampaiannya.


Keputusan Situasional dan Transaksional

Keputusan situasional menyangkut keputusan tentang apa dan bagaimana pengajaran akan diwujudkan berdasarkan analisis situasi (tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disampaikan, waktu serta fasilitas yang tersedia dan perilaku bawaan siswa).

Keputusan situasional diambil guru ketika menyusun persiapan tertulis dalam bentuk satuan pelajaran (satpel).

Keputusan transaksional merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh guru yang berkaitan dengan pelaksanaan dari keputusan situasional berdasarkan balikan yang diperoleh guru dari interaksinya dengan siswa maupun dari interaksi antar siswa dalam PBM yang sedang berlangsung.

Keputusan transaksional diambil karena adanya perubahan situasi dan kondisi yang berkembang dalam melaksanakan PBM.

Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses inkuiri dan reflektif, yang menekankan pentingnya pengalaman dan penghayatan guru terhadap proses itu. Rancangan pembelajaran harus dikembangkan atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang berorientasi kepada perkembangan siswa. Perkembangan adalah tujuan pembelajaran. Rancangan pembelajaran baik rancangan jangka pendek maupun jangka panjang mencakup komponen-komponen: (a) Analisis kurikulum, (b) tujuan instruksional, (c) rencana kegiatan, (d) rencana evaluasi.


Peran Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas

  1. Pembelajaran yang efektif terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik baik sebagai dampak instruksional maupun dampak pengiring. Proses pembelajaran berlangsung dalam suatu adegan yang perlu ditata dan dikelola menjadi suatu lingkungan atau kondisi belajar yang kondusif.

  2. Pendekatan pluralistik dalam manajemen kelas memadukan berbagai pendekatan, dan memandang manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang efektif.

  3. Masalah pengajaran dan manajemen kelas adalah dua hal yang dapat dibedakan tetapi sulit dipisahkan. Keduanya saling terkait; manajemen kelas merupakan prasyarat bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif.

  4. Lingkungan belajar dikembangkan dan dipelihara dengan memperhatikan faktor keragaman dan perkembangan peserta didik. Manajemen kelas dikembangkan melalui tahap-tahap: perumusan kondisi ideal, analisis kesenjangan, pemilihan strategi, dan penilaian efektivitas strategi.

  5. Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsur penting dalam manajemen kelas karena memberikan pengaruh kepada perilaku guru dan peserta didik


Peran Guru dalam Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi adalah proses memperoleh informasi untuk membentuk judgment dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diperlukan untuk kepentingan evaluasi dijaring dengan teknik-teknik inkuiri, observasi, analisis, tes. Pemilihan teknik yang digunakan didasarkan atas jenis informasi yang harus diungkap sehingga dalam suatu evaluasi bisa digunakan berbagai teknik sekaligus. Pengolahan hasil pengukuran atas hasil belajar dimaksudkan untuk mengevaluasi proses dan hasil belajar


Peran Guru dalam Memahami Perkembangan Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

Selagi pembelajaran merupakan proses pengembangan pribadi siswa maka perkembangan siswa harus menjadi dasar bagi pembelajaran. Aspek-aspek perkembangan siswa yang mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, pribadi, dan sosial mempunyai implikasi penting bagi proses pembelajaran. Implikasi itu menyangkut pengembangan isi dan strategi pembelajaran, dan kerja sama sekolah dengan orang tua.

Pengertian dan Tujuan Bimbingan dan Konseling

  1. Bimbingan dapat diartikan sebagai “proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal”.

  2. Konseling diartikan sebagai “proses membantu individu (klien) secara perorangan dalam situasi hubungan tatap muka, dalam rangka mengembangkan diri atau memecahkan masalah yang dihadapinya”.

  3. Konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan, yang dipandang inti dari keseluruhan layanan bimbingan.

  4. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu atau peserta didik agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara optimal, baik menyangkut aspek fisik, intelektual, emosional, sosial maupun moral-spiritual.


Fungsi, Asas, dan Prinsip Bimbingan

  1. Sebagai proses pemberian bantuan kepada individu (siswa), bimbingan berfungsi sebagai upaya (a) pemahaman,(b) pencegahan, (c) pengembangan, dan (d) perbaikan.

  2. Bimbingan diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip (a) individu atau peserta didik sedang berada dalam proses berkembang, (b) sasaran bimbingan adalah semua peserta didik, (c) mempedulikan semua aspek perkembangan, (d) kemampuan peserta didik merupakan dasar bagi penentuan pilihan, (e) bimbingan merupakan bagian terpadu pendidikan, dan (f) bantuan yang diberikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan peserta didik merealisasikan dirinya.

  3. Penyelenggaraan bimbingan yang profesional harus mempedulikan asas-asas, seperti kerahasiaan, keterbukaan, keahlian, kedinamisan, dan tut wuri handayani.

Bidang dan Jenis-jenis Layanan Bimbingan

  1. Penyelenggaraan bimbingan itu, meliputi bidang-bidang pribadi, sosial, akademik, dan karier.

  2. Jenis-jenis layanan bimbingan, meliputi orientasi, informasi, pembelajaran, bimbingan kelompok, penempatan dan penyaluran, konseling perorangan, dan konseling kelompok

Hubungan Bimbingan dengan Pendidikan

Pendidikan akan terselenggara dengan baik, apabila ditunjang oleh komponen-komponennya yang meliputi bidang kepemimpinan atau administrasi, pengajaran, dan layanan pribadi siswa atau bimbingan. Melalui bimbingan, proses pendidikan dapat memfasilitasi berkembangnya aspek-aspek atau karakteristik pribadi siswa secara optimal.

Peran Kepembimbingan Guru dalam Pembelajaran di Sekolah

Sesuai dengan sifat dan karakteristik perkembangan anak sekolah, bimbingan dan konseling di sekolah lebih efektif menjadi bagian terpadu dari tugas guru BP. Bimbingan di sekolah dilaksanakan secara terpadu dalam proses pembelajaran, kecuali hal-hal yang memerlukan penanganan khusus.

Dalam proses pembelajaran di sekolah guru perlu menampilkan peran kepemimpinan dengan jalan menciptakan iklim atau suasana pembelajaran yang bermuatan/bernuansa bimbingan. Dalam proses pembelajaran itu guru berperan tidak hanya sebatas menyampaikan bahan ajar, tetapi sekaligus mengembangkan perilaku-perilaku efektif baik yang berkenaan dengan perilaku belajar, pribadi, sosial maupun karir.

Membantu Siswa Bermasalah

Masalah yang dihadapi siswa dapat dibedakan ke dalam masalah belajar dan masalah bukan belajar. Akan tetapi biasanya masalah tersebut bermuara menjadi kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dapat diidentifikasi dengan melakukan tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, pengamatan kebiasaan belajar.

Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar bisa digolongkan ke dalam faktor eksternal dan internal. Ada beberapa teknik membantu siswa yang kesulitan belajar, yaitu (1) pengajaran perbaikan, (2) pengayaan, (3) peningkatan motivasi belajar, (4) peningkatan keterampilan belajar, (5) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.


Pengembangan Program Bimbingan di Sekolah

Ada 4 komponen inti dalam program bimbingan, yaitu (1) Layanan dasar umum, (2) Layanan responsif, (3) Layanan perencanaan individual, dan (4) Pendukung sistem. Layanan dasar umum adalah layanan yang diarahkan untuk membantu seluruh murid mengembangkan perilaku-perilaku yang harus dikuasai untuk jangka panjang. Layanan responsif adalah layanan membantu murid mengatasi masalah atau mengembangkan perilaku yang menjadi kebutuhan pada saat ini dan harus segera dilayani. Layanan perencanaan individual diarahkan untuk membantu murid merencanakan pendidikan, karir dan pengembangan pribadi.

Inovasi Pendidikan Berbasis ICT di Indonesia

Inovasi Pendidikan Berbasis ICT di Indonesia

Sabtu, 12 Februari 2005 · & Komentar

Kiranya tidak dapat kita pungkiri bahwa komputer dan internet telah menjadi pemicu tumbuhnya ICT sepesat ini. Demikian pula di Indonesia, dimana pendidikan baru menyentuh atmosfir ICT di penghujung dekade 1990-an. Disini kami sadari bahwa hal ini memang agak terlambat dibanding negara-negara tetangga kami. ICT memang menuntut kecakapan komunikasi global, sementara saat itu di Indonesia tidak banyak SDM yang memiliki kecakapan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan mampu mengoperasikan komputer.

Inilah pekerjaan rumah tersulit kami di awal implementasi ICT di dunia pendidikan.
Sebagai departemen yang menangani hal-ihwal pendidikan di Republik Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional merasa tertantang untuk menjawab situasi dan kondisi tersebut. Maka sebagai direktorat yang menangani sekolah-sekolah menengah kejuruan dan teknologi, akhirnya Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan mengambil inisiatif untuk menjemput tantangan tersebut dengan penuh semangat dan strategi.

Langkah pertama, kami membentuk mailing-list dikmenjur sebagai media informasi dan komunikasi internal Dikmenjur. Mailing-list ini diikuti oleh beberapa staf Dikmenjur, kepala sekolah dan guru SMK yang peduli dan memiliki talenta ICT. Mailing-list ini resmi dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1999 (saat ini memiliki anggota 2000-an). [dikmenjur@yahoogroups.com]

Langkah kedua, kami mengakomodasi ide yang dikirim dan didiskusikan di mailing-list Dikmenjur. Maka pada bulan Agustus-September 2000, Direktorat Dikmenjur bekerjasama dengan ITB Bandung mengundang beberapa aktifis mailing-list Dikmenjur untuk mengikuti training Technical Support, Help Desk dan Web Design di PPPGT Bandung.

Langkah ketiga, berdasarkan pantauan dan seleksi pasca training ICT di PPPGT Bandung, maka pada hari Selasa, 2 Januari 2001 jam 17:47 PM (MST), Direktur Dikmenjur mengirim e-mail pribadi bersubyek: Team Percepatan Internetisasi v1.2 kepada beberapa guru eks peserta training Technical Support, Help Desk dan Web Design yang dinilai memiliki karakter dan talenta kuat untuk mengembangkan Pendidikan berbasis ICT. Kelak tim kecil inilah yang banyak mendukung program-program ICT Dikmenjur secara praktis maupun strategis.

Dikmenjur bersama Tim ICT-nya (dulu Team Percepatan Internetisasi v 1.2) telah melakukan berbagai inovasi ICT berkelanjutan di berbagai bidang pendidikan. Beberapa diantaranya dapat kami paparkan berikut ini.

Di bidang sumber daya manusia, kami telah…

(1) membuka program tandem SMK Teknologi Informasi (SMK-TI) yang mulai dilaksanakan pada tahun 2000. Program ini dilaksanakan di SMK yang memiliki SDM potensial dan sumber daya sarana TI yang memadai. Siswa yang berminat dapat mengikuti diklat TI seusai jam pelajaran regular. Diklat dirancang dengan pola 200 jam dan diakhir diklat dilaksanakan uji kompetensi oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).

(2) membentuk Jaringan Informasi Sekolah (JIS) di beberapa kota atau kabupaten mulai tahun 2001, JIS ini merupakan kumpulan guru-guru SMP, SMA dan SMK yang memiliki potensi di bidang hardware, software dan network. Pada umumnya JIS memiliki mailing-list sebagai sarana berbagi pengalaman dan diskusi tentang ICT. Saat ini puluhan JIS tumbuh diberbagai kota, beberapa diantaranya kelak menjadi embrio program WAN Kota.

(3) menyelenggarakan crash program D4 dan S2 Teknologi Informasi. Program ini dibuka pada tahun 2002-2004 dan diikuti oleh guru-guru SMK yang terseleksi dan sangat potensial di bidang ICT. D4-TI diselenggarakan atas kerjama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) di Surabaya, sedangkan S2-TI diselenggarakan atas kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Bandung.

Di bidang sumber daya sarana dan prasarana, kami telah…

(1) membangun Jaringan Komputer dan Internet (Jarnet). Program yang dimulai pada tahun 2001 ini bertujuan untuk membantu SMK yang sudah memiliki laboratorium komputer namun belum memiliki jaringan komputer dan koneksi internet. Dengan subsidi ini SMK akan memiliki LAN yang menjaring 1 unit PC Server dan 10 unit PC Client.

(2) mengembangkan Wide Area Network di dalam kota (WAN Kota). Program ini dikembangkan mulai tahun 2003 di beberapa kota yang telah memiliki JIS aktif. WAN Kota memungkinkan terbentuknya jaringan komputer nirkabel antar sekolah melalui medium frekuensi radio 2,4 GHz (WiFi). Salah satu SMK menjadi sentral WAN Kota, dimana Server Web, Mail, Database, dan E-learning serta Base Transceiver Station (BTS) berada. WAN Kota memberikan fasilitas intranet dan internet kepada sekolah-sekolah yang menjadi client-nya. Saat ini ada WAN Kota yang memiliki 36 client yang terdiri dari: SMK, SMA, SMP, VEDC, Universitas, dan Kantor Walikota. [http://www.jis-wan.or.id/]

(3) membangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT Center). Program ini dikembangkan mulai tahun 2004 di beberapa kota yang telah memiliki WAN Kota aktif. ICT Center memiliki fasilitas 1 laboratorium komputer, 1 ruang konferensi multimedia dan 1 perpustakaan digital. Laboratorium komputer dan ruang konferensi multimedia masing-masing difasilitasi 1 unit PC Server, 20 unit PC Client, 1 unit LCD Projector, dan 1 buah Handycam. Sedangkan perpustakaan digital difasilitasi 1 unit PC Server dan 10 unit PC Client. ICT Center dirancang sebagai prasarana dan sarana diklat ICT bagi guru-guru TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, MI, MTs, dan MA di kota tersebut. Sebagai sentral, ICT Center juga melayani 3 buah SMK Sister (client WAN Kota, berada pada radius 5 km dari Sentral) dalam program Distance Learning dengan menggunakan sistem televideo conference.

(4) menyiapkan Mobile Training Unit ICT (MTU-ICT). Program ini dikembangkan mulai tahun 2004 di kabupaten yang memiliki kecamatan-kecamatan terpencil dan telah memiliki JIS aktif. MTU-ICT merupakan mobil van yang dilengkapi laboratorium komputer dengan fasilitas 1 unit Notebook Server, 20 unit Notebook Client, 1 unit LCD Projector, dan 1 buah handycam. Di dalam mobil van juga dilengkapi 1 buah Telepon CDMA untuk koneksi dial-up internet dan 1 unit Acces Point (WiFi) 2,4 GHz sebagai Hot-Spot. Seperti halnya ICT Center, MTU-ICT ini juga dirancang sebagai prasarana dan sarana diklat ICT bagi guru-guru TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, MI, MTs, dan MA di kecamatan-kecamatan terpencil.

(5) membangun Radio Pendidikan. Program ini dikembangkan mulai tahun 2004 di beberapa kota yang telah memiliki JIS aktif. Radio Pendidikan ini menggunakan frekuensi FM dengan kekuatan jangkauan siar minimum 10 km-an. Segmen pendengar radio ini adalah guru dan siswa TK hingga SMA, karenanya program-program acaranya disusun sesuai kebutuhan mata diklat yang diajarkan di sekolah. Konsep radio ini education and entertainment (edutainment). Bagi kota yang telah memiliki WAN Kota, maka Radio Pendidikan ini dapat juga diintegrasikan dengan infrastruktur dan web portal WAN Kota sebagai media komunikasi kepada pendengarnya.

Di bidang kurikulum, kami telah menyusun dan menerbitkan…

(1) Kurikulum tandem SMK-TI: meliputi program keahlian Technical Support (TS), Web Design (WD) dan Help Desk (HD) tahun 1999.

(2) Kurikulum SMK Edisi 1999: program keahlian Teknik Informasi Komersial di bawah bidang keahlian Elektronika.

(3) Kurikulum SMK Edisi 2004: program keahlian Teknik Komputer Jaringan, Rancangan Perangkat Lunak, dan Multimedia di bawah bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi tahun 2004.

Di bidang sistem pendidikan, kami telah mengembangkan…

(1) web seleksi penerimaan siswa baru (PSB Online). Web ini dikembangkan mulai tahun 2002. Fungsi utama web ini adalah menyeleksi calon siswa baru di sebuah sekolah berdasarkan data nilai ujian nasional. Disini calon siswa baru dapat memilih beberapa sekolah sekaligus dengan skala prioritas yang dikehendaki. Kemudian secara otomatis program akan menguji data nilai yang bersangkutan dengan ribuan data nilai calon siswa baru lainnya. Jika data nilai yang bersangkutan kalah berkompetisi di sekolah pilihan I, maka secara otomatis program akan menguji data nilai tersebut di sekolah pilihan II dan seterusnya. Hasil seleksi akan diumumkan secara real time melalui web, sehingga orang tua dan calon siswa baru dapat memantau posisi terakhir di sekolah mana calon yang bersangkutan diterima (terseleksi). Web PSB Online ini terbukti berjalan aman, fair, transparan, jujur, dan demokratis. [malang.psb-online.or.id]

(2) web portal pemetaan sekolah (School Mapping). Web ini dikembangkan mulai tahun 2004. Fungsi utama web ini adalah sebagai pusat data dan informasi pendidikan di Indonesia. Data-data pada web ini di-import dari 416 Tim School Mapping yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Tim School Mapping dikoordinir oleh seorang guru SMK terlatih dan beranggotakan 20-an siswa SMK sebagai operator. [schomap.dikmenjur.net]

Di bidang pengabdian masyarakat, kami melibatkan guru-guru dan siswa-siswi SMK terlatih sebagai koordinator simpul provinsi, koordinator subsimpul kabupaten/kota, supervisor dan operator kecamatan pada kegiatan…

(1) data entry hasil penghitungan suara (Situng Pemilu) pemilihan legislatif (5 April 2004), pemilihan presiden putaran 1 (5 Juli 2004) dan putaran 2 (20 September 2004) di seluruh Indonesia (bekerjasama dengan IT-KPU Indonesia).

(2) data entry hasil pemetaan sekolah (School Mapping) di seluruh Indonesia (bekerjasama dengan Departmen Pendidikan Nasional).

Kami sadar bahwa tidak ada kata berhenti di dalam kamus inovasi, apalagi inovasi di bidang pendidikan yang berbasis ICT. Namun kami optimis dan bangga, karena Tim ICT kami telah mencetak generasi II yang merata di seluruh provinsi. Oleh karena itu kami tetap pada komitmen untuk mencerdaskan bangsa melalui inovasi ICT.

Di bidang sumber daya manusia, kami akan menyelenggarakan crash program D4 spesialis Teknik Komputer Jaringan, Rancang Perangkat Lunak, Multimedia, Animasi, dan Teknik Penyiaran Radio & Televisi pada tahun 2005.

Di bidang sumber daya sarana dan prasarana, kami akan membangun…

(1) Koneksi Internet antar SMK seluruh Indonesia [SMK Internet Exchange] pada tahun 2005

(2) Jaringan Wirausaha antar SMK seluruh Indonesia [SMK Enterpreneur Network] pada tahun 2005

(3) Jaringan Ekonomi [Bisnis] antar SMK seluruh Indonesia [SMK Incorporated] pada tahun 2006.

Di bidang kurikulum, kami akan menyusun dan menerbitkan Suplemen Kurikulum SMK Edisi 2004: program keahlian Animasi di bawah bidang keahlian Seni Rupa dan Teknik Penyiaran Radio & Televisi di bawah bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi pada tahun 2005.

Di bidang sistem pendidikan, pada tahun 2005 yang akan datang kami akan mengembangkan…
(1) web portal uji kompetensi siswa SMK
(2) web portal bursa kerja tamatan SMK
(3) web katalog produk dan jasa unggulan SMK

Di bidang pengabdian masyarakat, pada tahun 2005-2006 yang datang kami akan kembali melibatkan guru-guru dan siswa-siswi SMK terlatih sebagai koordinator simpul provinsi, koordinator subsimpul kabupaten/kota, supervisor dan operator kecamatan pada kegiatan…
(1) data entry hasil monitoring dan evaluasi proyek-proyek Broad Based Education – Life Skill (BBE-LS) di seluruh Indonesia
(2) data entry hasil akreditasi sekolah di seluruh Indonesia
(3) data entry hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati/Walikota 2005
(4) data entry hasil penghitungan suara Pemilihan Gubernur 2006

Kemitraan dalam mengembangkan Pendidikan Berbasis ICT menjadi bagian yang penting dalam perjalanan kami, karenanya kami menjalin kerjasama dengan beberapa vendor hardware, vendor software, provider internet, operator telekomunikasi, operator selular, dan pihak-pihak lain yang berkomitmen pada pengembangan ICT di Indonesia. Salah satu mitra terbaik kami adalah Microsoft Indonesia.

Dalam catatan kami, Microsoft Indonesia telah banyak mendukung usaha kami, antara lain berwujud (1) bantuan komputer, (2) bantuan software, (3) bantuan training untuk guru-guru SMK, (4) konsultasi dan validasi penyusunan materi mata diklat Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) serta program keahlian Rancangan Perangkat Lunak (RPL) pada Kurikulum SMK Edisi 2004.

Adapun langkah kongkret yang akan kami laksanakan bersama Microsoft Indonesia mulai tahun 2005 nanti adalah program Partners in Learning dalam wujud paket:
(1) Partner in Learning Grant berupa bantuan sumber daya training ICT bagi puluhan ribu guru.
(2) School Agreement Subscription Licensing Program berupa legalisasi Windows XP dan Office 2003 untuk puluhan ribu PC/Notebook sekolah.

Melalui program ‘Partner in Learning’ ini diharapkan setiap guru dapat (1) membuat materi pemelajaran dengan Microsoft Word, (2) membuat daftar nilai dan evaluasi pemelajaran dengan Microsoft Excel, (3) membuat media pemelajaran dengan Microsoft PowerPoint, (4) menggali dan mengelola informasi dengan Internet Explorer, (5) mengelola kelas dengan NetMeeting, Windows Media Player dan Messenger, dan (6) mengenal dan memahami Hak atas Kekayaan Intelektual.

Sementara target yang ingin kami capai dari Training ICT bagi guru selama 4 tahun kedepan adalah sebagai berikut:
- Tahun 2005: 10% dapat bekerja dengan komputer
- Tahun 2006: 20% dapat bekerja dengan komputer + 5% dapat membuat modul pemelajaran berbasis multimedia
- Tahun 2007: 40% dapat bekerja dengan komputer + 10% dapat membuat modul pemelajaran berbasis multimedia + 5% dapat membuat media e-learning berbasis web di internet
- Tahun 2008: 60% dapat bekerja dengan komputer + 25% dapat membuat modul pemelajaran berbasis multimedia + 10% dapat membuat media pemelajaran berbasis web di internet + 5% dapat mengelola sistem kelas jarak jauh berbasis ICT (multimedia, web, radio, televisi,)

Seiring peningkatan angka pertumbuhan kemampuan guru bekerja dengan komputer dan internet, maka diperkirakan angka kebutuhan PC/Notebook dan bandwidth internet bagi guru di Indonesia juga akan meningkat secara signifikan. Disisi lain kita berharap pasar PC, Notebook, Operating System, Application Program, dan Peripheral dapat merespon positif dengan ketersediaan dan harga yang relatif murah dan terjangkau. Demikian pula kita berharap pada layanan internet yang berjangkauan luas hingga meliputi seluruh wilayah kepulauan Indonesia.

Namun demikian, subsidi bukanlah solusi untuk mewujudkan impian 1 guru - 1 komputer. Oleh karena itu kita berharap adanya peningkatan gaji guru yang proporsional, sehingga guru-guru memiliki kemampuan untuk membeli sebuah PC atau Notebook, berlangganan internet, membeli buku-buku dan berlangganan majalah atau jurnal yang menunjang profesi dan karirnya.

Disisi lain masih kami dapati kenyataan yang kurang kondusif dalam pengembangan pendidikan berbasis ICT, antara lain…
- anggaran pendidikan baru mencapai 5%, belum mencapai 20% sebagaimana yang dianggarkan pada RABPN
- beberapa kepulauan belum tersentuh aliran listrik dan saluran telekomunikasi yang diperlukan dalam implementasi ICT
- kekurangan ‘content’ web e-learning lebih banyak disebabkan karena ketidakbisaan guru menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam pembuatan modul pemelajaran dan pembuatan program evaluasi
- ketidaksinambungan sebuah inovasi akibat ketidaksiapan SDM
- pengembangan pendidikan berbasis ICT masih terpusat di jenjang SMA dan SMK, belum merata di TK, SD, SMP, SLB, MI, MTs, dan MA
- polarisasi pengembangan ICT di K-12: disatu sisi pengembangan infrastruktur ICT menguat di SMK, sedangkan di sisi lainnya pengembangan content ICT menguat di SMA

Demikian apa yang telah, sedang dan akan kami kembangkan di Indonesia. Kami sadar bahwa mengembangkan pendidikan berbasis ICT harus dikuti dengan itikad baik mengakui Hak atas Kekayaan Intelektual, sesungguhnya bukan karena adanya tekanan dari pihak manapun, melainkan karena kewajiban kami untuk mentaati Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Kami akui bahwa lembaga pendidikan termasuk pihak yang turut mengawali kegiatan penggandaan software secara ilegal di Indonesia, maka dari lembaga pendidikan pulalah kami harus mengakhirinya secara serius, tegas, gradual, dan sistemik. Kami berharap kemitraan yang telah terjalin akan berkesinambungan dan membawa kemanfaatan bersama dalam bidang pendidikan di Indonesia.

Demikian apa yang telah, sedang dan akan kami lakukan, semoga paparan ini dapat menjadi referensi bagi kita semua.

Kwarta Adimphrana
Guru SMK Negeri 4 Malang
Tim ICT Dikmenjur
Anggota Dewan Penasehat Manajer Pendidikan Microsoft Indonesia

(Singapura, 12 November 2004)

PENERAPAN E- LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SUATU LANGKAH INOVASI

I. Pendahuluan


. . ..” Kemajuan suatu bangsa salah satu indikatornya, dapat dilihat dari perkembangan dunia pendidikan pada bangsa tersebut. Kemajuan pendidikan juga menggambarkan tingkat tingginya kebudayaan suatu bangsa. Kemajuan sektor pendidikan akan berpengaruh cukup signifikan terhadap kemajuan suatu bangsa, khususnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya kemajuan suatu bangsa berpengaruh yang cukup signifikan pula terhadap sektor pendidikannya….”.

Sekarang bagaimana halnya dengan perkembangan kemajuan pendidikan di negara kita. Kalau kita amati secara kasustik perkembangan pendidikan di negara kita sebenarnya cukup menggembirakan, seperti telah diraihnya prestasi juara I Olympiade Fisika Internasional beberapa kali oleh putera - puteri Indonesia. Hanya saja prestasi ataupun tingkat kemajuan pendidikan di negara kita justru menggambarkan hal yang sebaliknya. Ini terungkap dari hasil penelitian yang oleh lembaga-lembaga internasional yang berkompeten mengadakan penelitian di bidang pendidikan. Bahkan kita berada jauh di bawah Malaysia, dan Singapura, dan yang sangat mengagetkan kita justru berada di bawah Vietnam.

Terlepas dari kriteria - kriteria yang dijadikan acuan dari penelitian tersebut, yang jelas dari hasil penelitian itu, sudah menggambarkan kondisi pendidikan di negara kita saat ini. Hal ini tentunya akan menjadi pemicu bagi kita semua yang kerkecimpung dalam dunia pendidikan untuk lebih meningkatkan kinerja dan inovasi -inovasi dalam dunia pendidikan .Salah satu inovasi yang perlu dilakukan menurut penulis adalah model dari pelaksanaan pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan sebab dalam kegiatan pembelajaran inilah transfer berbagai kompetensi berlangsung.

Sesuai dengan kondisi saat ini dimana perkembangan teknologi sangat pesat, khususnya di bidang teknologi informasi. Jadi sudah merupakan keharusan untuk memanfaatkan teknologi informasi tersebut ke dalam dunia pendidikan khususnya di Sekolah Dasar.

Artikel ini sengaja ditulis untuk memberikan masukan dan sumbang saran agar model pembelajaran di Sekolah Dasar terjadi perubahan ke arah peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan kondisi yang ada saat ini. Menurut penulis eksistensi pembelajaran yang ada di sekolah dasar saat ini pada umumnya masih teacher sentris, dan belum memanfaatkan media pembelajaran secara optimal, khususnya belum memanfaatkan media teknologi informasi, khususnya internet.

II. Dasar Pemikiran Strategi Penerapan E-Learning dalam Pembelajaran.

a. Tinjauan Kondisi Pembelajaran di Sekolah Dasar Saat ini.

E. Mulyasa, 2005 menyatakan bahwa guru, kreatif, profesional, dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara untuk mendongkrak kualitas pembelajaran. Langkah untuk mendongkarak kualitas pembelajaran antara lain dengan mengembangkan kecerdasan emosi, mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, membangkitkan nafsu belajar, memecahkan masalah, mendayagunakan sumber belajar, dan melibatkan masyarakat dalam pembelajaran.

Sesuai dengan pendapat di atas ada satu hal yang menarik perhatian penulis yaitu mendayagunakan sumber belajar. Disini sesuai benar dengan harapan penulis bahwa sumber belajar untuk kegiatan pembelajaran harus lebih variatif, hal ini untuk meningkatkan kualitas dari mutu pembelajaran itu sendiri. Salah satu sumber belajar yang sangat sedikit disentuh adalah sumber belajar yang memanfaatkan media elektronika atau komputer. Hal ini tidak terlepas dari minimnya penguasaan guru-guru di Sekolah Dasar terhadap media ini, disebabkan pula kerena adanya beberapa sekolah di tanah air kita yang belum memliliki alat tersebut dengan berbagai alasan, tidak ada dana, tidak ada tenaga yang mampu mengoperasikan dan lain-lain. Sebagai akibatnya kegiatan pembelajaran berlangsung dengan memanfaatkan sumber belajar yang itu- itu saja, yaitu guru dan buku. Sebagai akibat dari kondisi ini siswa akan belajar dengan situasi yang monoton dari hari ke hari.

Dan sudah umum yang terjadi di lapangan saat ini yaitu bahwa pembelajaran terjadi dengan dominansi dari guru. Artinya pembelajaran berlangsung dengan peranan guru yang sangat dominan, dan umumnya metode yang sering digunakan adalah metode ceramah. Dengan kondisi seperti ini pembelajaran berlangsung secara teacher centrys.

b. Kondisi Pembelajaran yang Berkualitas

Istilah pembelajaran sendiri, mengacu pada segala daya dan upaya yang sengaja dikondisikan untuk terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sedangkan istilah belajar sendiri memeliki pengertian, suatu proses fisik dan psikis pada diri siswa. Dimana seseorang yang menagalami peristiwa belajar akan berbeda keadaannya dengan kondisi sebelum dia mengalami belajar, seperti dia akan semakin memiliki banyak pengetahuan ( kognitif ), memiliki sikap yang semakin dewasa ( afektif ), dan memiki beberapa keterampilan gerak, yang juga semakin bertambah ( psikomotor ).

Oemar Hamalik, 2001 menyatakan bahwa Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. Sedangkan William Burton, mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorrous purpose and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment.

Sudjana, 1991 menyatakan bahwa kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor : Tujuan pengajaran yang jelas, bahan pengajaran yang memadahi, metodelogi pengajaran yang tepat, dan cara penilaian yang baik. Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum. Saat ini hal-hal tersebut akan merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.

Di dalam metodelogi pengajaran ada dua aspek yang paling menunjol yaitu metode mengajar dan media pengajaran, sebagai alat bantu mengajar, dimana media pengajaran ini merupakan salah satu lingkungan belajar yang dikonsikan oleh guru.

Salah satu ciri dari pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas adalah dimanfaatkannya media pembelajaran, dalam proses pembelajaran. Di zaman yang serba canggih seperti kondisi saat ini dimana teknologi berkembang sedemikian pesatnya, komputer sudah bukan merupakan barang yang langka dan mewah. Dengan adanya media komputer sebagai pengolah informasi sudah selayaknyalah apabila di tiap- tiap sekolah dasar minimal memiliki satu unit komputer. Baik komputer sebagai sarana pengolah administrsi sekolah, dan akan lebih baik lagi apabila komputer dapat berfungsi sebagai media pembelajaran bagi siswa.

c. Tinjauan tentang E- Learning

Istilah E - learning tergolong hal baru dan hal aktual dalam khasanah perkekembangan Ilmu pengetahuan. Istilah ini muncul seiring dengan perkembangan kemajuan dunia elektronika yang berkembang saat ini. Artinya mencari literatur yang membahas tentang e - learning ini untuk saat ini tergolong sulit.

Dalam hal ini penulis berupaya menganalis e - learning dari susunan kata - kata e-learning itu sendiri. Istilah e-learning muncul seiring dengan dimanfaatkannya alat- alat elektronika dalam kehidupan manusia, terutama teknologi yang berbasiskan komputer sebagai alat pengolah data dan informasi. Dan terlebih lagi dengan dimanfaatkan atau munculnya internet dalam kehidupan manusia. Istilah e-learning muncul seiring dengan munculnya istilah e-e yang lain, seperti: E-Goverment ( strategi pembangunan dan pengembangan sistem pelayanan publik berbasis teknologi digital), E-Tendering, dan lain-lain.

Istilah E-Learning sebenarnya merupakan frase yang tersusun dari dua kata yaitu kata Electronic disingkat E, dan kata Learning yang dalam bahasa Indonesia berarti pembelajaran. Dengan demikian e-learning memiliki pengertian ” Pembelajaran dengan memakai atau memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi “.

Data-data tersebut sebenarnya dapat kita manfaatkan sebagai materi pembelajaran ( learning ) di sekolah dasar. Tentunya dalam hal ini diperlukan suatu keterampilan khusus, yang pertama keterampilan memanfaatkan atau mengoperasikan komputer, dan yang terutama penguasaan dalam menggunakan fasilitas internet. Disini dibutuhkan guru yang terampil, yang pertama terampil mengeperasikan komputer, dan yang selanjutnya harus terampil pula memanfaatkan internet. Jika hal ini terpenuhi maka teknologi komunikasi dan informasi yang ada pada internet dapat digunakan dalam pembelajaran.

d. Upaya Memanfaatkan E-learning untuk Meningkatkan kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar

Tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi sekolah-sekolah dasar di negara kita sangat beragam. Hal ini tidak terlepas dari faktor giografis dan topografis di negara kita yang beragam pula. Ditambah pula adanya faktor kultural yang ada pada berbagai suku juga beragam.

Terlepas dari hal diatas telah kita ketahui bersama bahwa keberadaan seperangkat komputer pada suatu sekolah sampai saat ini secara garis besar masih cukup jarang, artinya sekolah yang memiliki fasilitas komputer dengan sekolah yang belum memiliki fasilitas komputer masih banyak yang belum memiliki fasilitas komputer. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu (1) faktor dana, artinya sekolah tidak cukup dana untuk membeli seperangkat komputer, (2) faktor kemampuan penguasaan teknologi, maksudnya masih banyak guru di sekolah dasar belum mampu mengoperasikan komputer ( GAPTEK = Gagap Teknologi ), (3) Faktor lain, misalnya faktor keamanan. Sekolah yang tidak aman enggan untuk membeli komputer.

Penulisan artikel ini mengacu pada sekolah-sekolah yang telah memiliki dan memanfaatkan komputer. Syarat sebuah komputer agar dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, adalah komputer tersebut harus dapat dikoneksikan ke internet. Tidak semua komputer dapat dikoneksikan ke internet. Sebagai mana yang dijelaskan Mico Pardosi 2000, komputer akan dapat dikoneksikan ke internet apabila memiliki persaratan berikut:

1) Komputer tersebut harus dilengkapi dengan modem, baik modem internal maupun modem eksternal.

2) Komputer dengan prosessor Pentium 100 Mhz (minimal), lebih tinggi lebih baik.

3) Memiliki jaringan telepon, atau wareless .

4) Meng- install program Internet ( browser) ke dalam komputer, misalnya Internet Explorer.

5) Mendaftarkan diri ke ISP ( Perusahaan Penyelia Jasa Internet) yang ada, misalnya RADNET, INDONET, MEGANET, atau TELKOMNET ).

Fasilitas internet dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran atau e- learning yaitu dengan memanfaatkan menu search, yaitu:

1) Hubungkan komputer ke ISP

2) Setelah komputer terhubung ke ISP, klik ganda Internet Explorer,

3) Klik menu search,

4) Ketik web atau data yang akan dicari pada kotak yang tersedia misalnya kata” habitat ” , maka kita akan kita dapatkan data -data yang berhubungan dengan habitat. Demikian pula apabila kita mengetikkan kata-kata yang lain tentu kita akan memperoleh data -data yang kita inginkan.

Disinilah letak essensialnya internet sebagai teknologi komonikasi dan informasi yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pembelajaran, atau E-learning.

Dengan kecanggihan internet, apabila dapat dimanfaatkan dengan tepat, maka akan menjadi sumber belajar yang sangat lengkap, ibarat sebuah perpustakaan yang menyediakan berbagai referensi.

III. Penutup

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian di atas adalah:

1) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan E-learning ( Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran ).

2) E- learning merupakan merupakan inovasi yang sangat tepat untuk dikembangkan di sekolah dasar saat ini sesuai dengan perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, demikian pula dengan perkembangan informasi yang tak kalah pesatnya.

Ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan, agar e-learning ( Pemanfaatan Internet ), di sekolah Dasar berjalan optimal :

1) Seharusnya tiap sekolah memiliki komputer yang dapat diakseskan ke internet ( langkah ini perlu difasilitasi oleh pemerintah ).

2) Seluruh sekolah harus memeliki jaringan telepon.

3) Perlu Diklat yang dapat melatih guru SD agar terampil menggunakan Komputer, seperti Diklat KKPI JARDIKNAS, salah satunya.

4) Dan yang tak kalah pentingnya lagi sebagai langkah ” Pre Sercvice Training ” seorang mahasiswa calon guru SD sudah selayaknya menerima mata kuliah tentang IT

Penulis adalah Guru SDN Omben II Sampang, meraih gelar Magister Manajemen Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Manajemen IMNI Jakarta ( 22 April 2007 ).

E - mail : madjury@yahoo.co.id.

PUSTAKA ACUAN

E Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

http://en.wikipedia.org/wiki/ E-learning.

Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Goverment. Yokyakarta : Penerbit Andi.

Mico Pardosi. 2001. Sistem Operasi Windows dan Internet Secara Cepat dan Mudah. Surabaya: Penerbit Indah.

Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nama & E-mail (Penulis): MOHAMAD JURI,S.Pd,MMPd
Guru di SDN Omben II Sampang Madura

Tanggal: 14 Januari 2008

Selasa, 24 Maret 2009

CONTOH ABSTRAK ARTIKEL ILMIAH

Mamudji, Sri. “Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan.” Majalah Hukum Dan Pembangunan 3 (Juli-September 2004): 194-209.

Berawal dari ketidakpuasan akan proses pengadilan yang memakan waktu relatiF lama, biaya yang mahal, dan rasa ketidakpuasan pihak yang merasa sebagai pihak yang “kalah”, dikembangkan mediasi sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Selain itu, pengembangan mediasi juga didukung oleh berbagai faktor yaitu, (1) cara penyelesaiannya dikenal di berbagai budaya, (2) bersifat non adversial, (3) mengikutsertakan baik pihak yang langsung berkaitan maupun pihak yang tidak langsung berkaitan dengan sengketa dalam perundingan, (4) bertujuan win-win solution. Mediasi adalah negosiasi lanjutan, yaitu perundingan yang dibantu oleh pihak ketiga netral yang keberadaannya dipilih oleh para pihak. Mediator tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan. Di dalam melakukan perundingan dikenal dua teknik yaitu perundingan yang bertumpu pada posisi dan perundingan yang bertumpu pada kepentingan. Keberhasilan mediasi ditentukan oleh kecakapan mediator, oleh karena itu mediator harus menguasi berbagai keterampilan dan teknik. Agar dapat membantu para pihak menyelesaikan sengketa dan dapat menawarkan alternatif penyelesaian, mediator harus dapat memetakan apa yang menjadi penyebab konflik. Hal ini dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap sikap, persepsi, pola interaksi, dan komunikasi yang ditunjukkan para pihak dalam perundingan. Menurut Moore, ada tiga tipe mediator, yaitu, (1) mediator jaringan sosial (social network mediator), (2) mediator otoritatif (authoritative mediator), (3) mediator mandiri (independent mediator). Di Indonesia, penyelesaian sengketa melalui mediasi dikenal tidak hanya dalam masyarakat tradisional tetapi telah diatur dalam berbagai undang-undang, misalnya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang Perlindungan Konsumen, Undang-undang tentang Kehutanan, Undang-undang tentang Perselisihan Hubungan Industrial, Undang-undang tentang Arbitrasi dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Untuk mediasi di pengadilan, Mahkamah Agung telah mengeluarkan Peraturan MA tentang Prosedur Mediasi Si Pengadilan.

CONTOH ABSTRAK LAPORAN PENELITIAN/ SKRIPSI/ TESIS/DISERTASI

Pattinama, Tisha Sophy. “ Fungsi Akta Perdamaian Yang Dibuat Oleh Notaris Sebagai Pejabat Umum (Dalam Penyelesaian Perselisihan Jual Beli Telpon Umum Tunggu).” Tesis, Magister, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006, vii + 66 halaman. Biliografi 30 (1980-2006).

Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan data sekunder sebagai sumber datanya. Yang menjadi permasalahan adalah mengapa perjanjian damai yang dibuat notaris merupakan alternatif penyelesaian perselisihan jual beli telpon umum tunggu, dan bagaimana kekuatan hukum akta perjanjian perdamaian terhadap para pihal yang berselisih? Perselisihan jual beli dapat diselesaikan melalui dua cara yaitu melaui pengadilan dan di luar pengadilan. Proses penyelesaian di pengadilan membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit sehingga proses penyelesaian tidak efektif. Hal ini berbeda dengan penyelesaian di luar pengadilan yang dilakukan secara damai dan sukarela. Dalam penyelesaian segketa jual beli telpon umum tunggu antara PT AC dan PT BS kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan secara damai dan sukarela. Sebagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah dan mufakat adalah cara yang paling efektif sehingga perjanjian perdamaian yang dibuat oleh notaris menjadi alternatif penyelesaian perselisihan antara PT AC dan PT BS. Akta perdamaian yang dibuat oleh notaris dianggap sebagai akta yang otentik mempunyai kekuatan pembuktian lahiriah, formal dan material, sehingga mempunyai kekuatan mengikat sama dengan putusan hakim pada tingkat akhir.


Senin, 23 Maret 2009

कोन्तोह र्प्प बी Indonesia

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/semester : II/1

Waktu : 2X35 MENIT

A. standar kompetensi

Mampu menguangkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan melalui kekmampuan bertanya/menyapa, menceritakan kegiatan sehari-hari, melakukan percakapan, menceritakan pengalaman, melaporkan dan mendiskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan pantun, menceritakan kembali cerita dan bermain peran.

B. Kompetensi Dasar

Menceritakan pengalaman Pribadi

C. Indikator

Menceritakan pengalaman pribadi merayakan ulang tahun

D. Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat menceritakan isi teks bacaan yang berjudul “Pesta Ulang Tahun”

2. Peserta didik dapat menceritakan kembali pengalaman pribadinya berdasarkan teks bacaan yang disediakan.

E. Materi Pembelajaran

Menceritakan Pengalaman Pribadi

F. Kegiatan Pembelajaran

1. kegiatan awal

a. Apersepsi, diupayakan peserta didik belajar dalam situasi menyenangkan. Salah satunya dengan menyanyikan lagu “Ulang Tahun” secara bersama-sama. Peserta didik ditanya apakah diantara mereka apakah ada di antara mereka yang pernah merayakan ulang tahun. Selanjutnya, tanya jawab tentang isi lagu.

b. Motivasi, Sudah termasuk dalam kegiatan apersepsi. Bila mungkin ditambah dengan menjelaskan manfaat, kalau anak-anak (pandai bercerita)

2. Kegiatan Inti

a. Dua atau tiga anak memerankan cara mengucapkan selamat kepada yang berulang tahun dengan mimik yang ceria.

b. Guru mengajukan pertanyaan tentang pengalaman yang dialami peserta didik, misalnya ;

Kapan peristiwa ulang tahun itu terjadi ?

Di mana pesta ulang tahun itu dirayakan ?

Bagaimana Urutan terejadinya ?

c. Setelah anak menjawab pertanyaan, suruhlah anak memperhatikan cerita pendek tentang peristiwa yang berkesan yaitu “Pesta Ulang Tahun” yang ditulis (pada Contoh di depan).

d. Selanjutnya, peserta didik disuruh mengingat-ingat pengalaman dirinya, lalu secara berpasangan saling menceritakan pengalaman pribadinya degan teman pasangannnya. Pada saat kegiatan mereka berlangsung, guru perlu mengamati setiap pasangan untuk memperhatikan jalannnya tukar pengalaman. Ajukan pertanyaan, jika peserta menemui kesulitan bercerita tentang pengalamannnya.

e. Setelah saling tukar pengalaman, peserta didik diminta menuliskan pengalamannnya dengan bahasanya sendiri.

3. Kegiatan akhir

a. Refleksi, anak diajak merenung, menilai dan menaggapi kegiatan pembelajaran yang baru berlangsung.

b. Penegasan dilakukan dengan cara guru memberikan penjelasan kepada peserta didik cara mengungkapkan pengalaman pribadi dengan memperhatikan ;

(1) Peristiwa yang dialami dan sangat berkesan

(2) Waktu kejadian

(3) Urutan kejadian

G. Sumber dan media

1. Sumber : cerita pengalaman karya guru

2. Materi : teks Yang memuat pengalaman

H. Penilaian

1. Penilaian proses

Pada saaat kegiatan berlangsung hendaknya guru menilai

2. Penilaian Hasil

Ceritakanlah pengalaman yang berkesan tentang perjalanan dari rumah ke sekolah atau pengalaman lainnya dengan memperhatikan :

a. Apa pengalaman yang berkesan ?

b. Kapan waktu kejadiannya ?

c. Bagaimana urutan kejadiannya ?

Lembar Pengamatan

Kemampuan Berbicara Peserta Didik Kelas II

No

Nama siswa

Kriteria

Catatan

Keruntutan kaliamat

Ketepatan Penggunaan kata

Kelengkapan isi cerita






Diisi tentang hal-hal yang harus diperbaiki anak.

Keterangan:

A baik sekali

B baik

C cukup

D kurang